Fiddy Anggriawan - Okezone
Ilustrasi Badai Matahari (sumber : Google)
WASHINGTON - NASA saat ini sedang
mengembangkan Solar Orbiter Heliospheric Imager (SoloHI) dan Heavy Ion
Sensor (HIS). Keduanya akan digunakan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA)
yang baru saja memilih misi Solar Orbiter.
Pesawat ruang angkasa berawak ini telah digunakan untuk mengamati matahari dari jarak yang lebih dekat daripada misi sebelumnya. Misi pengamatan dengan jarak yang lebih dekat ini akan dipimpin oleh ESA yang akan beroperasi sekira 21 juta mil dari permukaan matahari atau dekat dengan orbit Merkurius dan sekira 25 persen dari jarak antara matahari ke Bumi.
Barbara Giles selaku ilmuwan NASA menunjukkan titik pandang yang unik untuk meningkatkan kemampuan Orbiter dalam hal melakukan ramalan cuaca di ruang angkasa.
Inti dari pengamatan ini ialah melihat kemungkinan terjadinya badai matahari yang diperkirakan mampu membuat gangguan dalam medan elektromagnetik di Bumi. Hal tersebut dapat menimbulkan arus ekstrim jaringan nirkabel, mengganggu jaringan listrik dan menyebabkan pemadaman listrik meluas. Badai tersebut juga dapat mengganggu satelit, sistem komunikasi pesawat terbang di dekat kutub Bumi dan layanan telepon seluler.
"Solar Orbiter adalah misi menarik yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang matahari dan lingkungannya," jelas Giles, seperti dikutip TG Daily, Jumat (7/10/2011).
"Kerjasama ini akan membuat babak baru dalam penelitaian heliofisika dan melanjutkan kemitraan yang kuat dengan komunitas sains internasional untuk melengkapi kegiatan eksplorasi di masa depan melalui robot dan manusia," tambahnya.
Tentunya, Solar Orbiter harus dekat dengan matahari untuk sampel angin matahari yang telah dikeluarkan dari permukaan matahari. Dengan demikian, pesawat ruang angkasa akan mengamati dengan rinci proses yang menjadi penyebab angin di permukaan matahari bergerak cepat. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya dari pengamatan ini ialah memberikan gambaran pemandangan di daerah kutub matahari.
Orbit elips pesawat ruang angkasa juga akan memungkinkan untuk mengikuti rotasi bintang, memfasilitasi pengamatan daerah tertentu yang mungkin lebih lama dari saat ini.
Peluncuran Solar Orbiter dijadwalkan akan diterbangkan pada 2017 dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida. (tyo)
Pesawat ruang angkasa berawak ini telah digunakan untuk mengamati matahari dari jarak yang lebih dekat daripada misi sebelumnya. Misi pengamatan dengan jarak yang lebih dekat ini akan dipimpin oleh ESA yang akan beroperasi sekira 21 juta mil dari permukaan matahari atau dekat dengan orbit Merkurius dan sekira 25 persen dari jarak antara matahari ke Bumi.
Barbara Giles selaku ilmuwan NASA menunjukkan titik pandang yang unik untuk meningkatkan kemampuan Orbiter dalam hal melakukan ramalan cuaca di ruang angkasa.
Inti dari pengamatan ini ialah melihat kemungkinan terjadinya badai matahari yang diperkirakan mampu membuat gangguan dalam medan elektromagnetik di Bumi. Hal tersebut dapat menimbulkan arus ekstrim jaringan nirkabel, mengganggu jaringan listrik dan menyebabkan pemadaman listrik meluas. Badai tersebut juga dapat mengganggu satelit, sistem komunikasi pesawat terbang di dekat kutub Bumi dan layanan telepon seluler.
"Solar Orbiter adalah misi menarik yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang matahari dan lingkungannya," jelas Giles, seperti dikutip TG Daily, Jumat (7/10/2011).
"Kerjasama ini akan membuat babak baru dalam penelitaian heliofisika dan melanjutkan kemitraan yang kuat dengan komunitas sains internasional untuk melengkapi kegiatan eksplorasi di masa depan melalui robot dan manusia," tambahnya.
Tentunya, Solar Orbiter harus dekat dengan matahari untuk sampel angin matahari yang telah dikeluarkan dari permukaan matahari. Dengan demikian, pesawat ruang angkasa akan mengamati dengan rinci proses yang menjadi penyebab angin di permukaan matahari bergerak cepat. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya dari pengamatan ini ialah memberikan gambaran pemandangan di daerah kutub matahari.
Orbit elips pesawat ruang angkasa juga akan memungkinkan untuk mengikuti rotasi bintang, memfasilitasi pengamatan daerah tertentu yang mungkin lebih lama dari saat ini.
Peluncuran Solar Orbiter dijadwalkan akan diterbangkan pada 2017 dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida. (tyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar