Ahmad Khalil
Sebuah
jajak pendapat tentang opini publik Israel menunjukkan bahwa 66% warga
Israel tidak yakin adanya kemungkinan tercapai perdamaian dengan
Palestina, jangka pendek atau panjang. Jajak pendapat ini dilakukan oleh
Mina Tasmih di lembaga studi Dahava yang mengungkap bahwa 55% warga
Israel tidak setuju dengan kesepakatan damai yang mensyaratkan Israel
hengkang dari wilayah jajahan perbatasan 67, meski tetap permukiman
yahudi masih dikuasai Israel.
Di pihak
Palestina, tidak ada prosentase berapa yang meyakini peluang tercapainya
perdamaian dengan Israel dalam jangka pendek atau panjang. Namun ada
dua program di gerakan nasional Palestina yang berbeda; PLO dengan
dipimpin Fatah yang sudah 18 tahun masuk dalam kancah perundingan dengan
Israel. Selama itu pula yang ada hanya peminggiran PLO, penghancuran
pengorbanan bangsa Palestina, mengubah pejuang Palestina menjadi penjaga
keamanan Israel. Di sisi lain, ada program Hamas yang merepresentasikan
sikap gerakan internasional Ikhwanul Muslimin. Dari sisi esensinya,
gerakan ini menyerap sikap-sikap aliran politik Islam dan nasional
kebangsaan lainnya yang menyimpulkan bahwa pendirian negara dilakukan di
atas negara yang sudah berhasil dibebaskan dari tanah Palestina meski
sebagian tanpa mengakui Israel dan tidak boleh melepaskan diri dari
perjuangan perlawanan untuk membebaskan seluruh wilayah Palestina
lainnya yang masih terjajah.
Jelas,
bahwa kondisi riil dan status quo di masyarakat Palestina membuktikan
bahwa tidak ada keyakinan adanya peluang akan tercapai solusi dengan
Israel, minimal dalam jangka dekat dan menengah. Keyakinan justru
semakin kuat dengan strategi solusi “satu negara” Palestina yang
didirikan di atas puing-puing kehancuran negara Israel zionis rasis.
Negara Palestina itu akan menjadi negara demokrasi sipil yang warganya
memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Yang
dituntut dari elit gerakan nasional Palestina adalah mengilhami program
nasional yang berdasarkan dimensi Arab dan mempercepat penerapan
kesepakatan rekonsiliasi nasional, mengambil langkah terpenting untuk
merapikan internal Palestina yang bisa mengayomi masyarakat serta
menyiapkan kondisi menghadapi tuntutan-tuntutan ke depan. Pada saat yang
sama, faktor-faktor ketegangan dan kebuntuan internal harus dihilangkan
dengan menjaga semangat kebebasan demokrasi dan gelaran pemilu. (bsyr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar